Hindari Membandingkan Anak – Setiap orangtua tentu mendambakan semua anaknya menjadi orang yang sukses, cerdas, percaya diri dan berbudi baik. Begitupun yang diharapkan oleh setiap anak, mereka ingin selalu mendapatkan kasih sayang, perhatian, pujian dan dukungan dari orangtuanya.
Namun sayang, terkadang harapan dan impian yang diinginkan oleh anak-anak dan orangtua tidak dapat diwujudkan sesuai dengan kemampuan dan dalam waktu yang bersamaan. Tentunya semua itu disebabkan oleh keterbatasan yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Pendahuluan
Menyadari bahwa pada diri setiap manusia terdapat kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Ada kemungkinan terjadi sesuatu hal yang dapat membanggakan dan sebaliknya menimbulkan rasa sedih, kecewa, marah dan sulit untuk menerima sebuah perilaku dan pencapaian yang dilakukan oleh masing-masing pihak (orangtua dan anak) serta hindari membandingkan anak yang satu dengan yang lain. Walaupun, pada umumnya pihak yang pertama dapat merasakan dan menilai kekurangan dan kelebihan tersebut adalah pihak orangtua. Jarang sekali anak-anak, terutama anak yang belum dewasa dapat melihat diri seseorang dari sisi kelebihan dan kekurangan secara tepat.
Dari sisi usia dan pengalaman yang jauh berbeda antara orangtua dan anak-anak, sebagai orangtua bijaksana seyogyanya selalu berusaha untuk dapat memahami kondisi dan karakteristik setiap anak. Terciptanya sikap saling memahami yang diawali oleh orangtua dapat menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga. Orangtua akan mampu menerima anak-anak apa adanya dan tidak mengharapkan sesuatu yang melebihi kemampuan yang dimiliki oleh mereka.
Hindari Membanding Anak Yang Satu Dengan Yang Lainnya
Di masyarakat kita, ada satu kesalahan yang kerap dilakukan oleh orangtua terhadap anak-anak, yaitu sikap orangtua yang selalu Membanding-Bandingkan Antara Anak Yang Satu Dengan Yang Lainnya secara tidak adil antara kemampuan anak yang satu dengan lainnya. Misalnya, dengan mengatakan kepada anak bahwa saudaranya atau anak-anak lain lebih baik darinya.
Tindakan membanding-bandingkan yang dilakukan orangtua seperti di atas, jika di lakuan secara terus menerus bukan hanya akan membuat anak-anak merasa tertekan (stress), tidak berguna, putus asa dan rendah diri saja, tetapi bahkan dapat menciptakan sikap permusuhan di antara kakak-beradik sehingga meninggalkan sebuah luka batin yang akan terbawa sampai mereka dewasa kelak.
Di dalam hati anak-anak akan cenderung timbul rasa iri, cemburu, dengki, bersaing tidak sehat dan saling menjatuhkan satu dengan lainnya. Perilaku negatif yang mereka lakukan hanya karena ingin menjadi anak yang memiliki nilai ‘lebih’ di mata orangtua sehingga dapat menarik perhatian dan kasih sayang orangtua. Walaupun sejatinya, kasih sayang, cinta, perhatian, dan pengertian orangtua adalah milik semua anak dan harus dapat dirasakan oleh setiap anak.
Memahami Pencapaian Anak
Beberapa pencapaian yang diperoleh anak-anak di dalam sebuah keluarga tentu berbeda-beda. Mungkin sebagian dari mereka ada yang memiliki kelebihan di bidang pendidikan sebab ia selalu mendapatkan nilai tertinggi di sekolahnya. Ada yang sering mendapatkan kejuaraan di bidang seni atau mungkin juga ada yang berprestasi di bidang olah raga. Sehingga ia sering mendapatkan penghargaan dan kejuaraan yang membanggakan orangtua. Hal ini adalah wajar, kita sebagai orang tua harus hindari membandingkan anak dan selalu memahami pencapaian.
Dari beberapa kelebihan anak yang dapat membanggakan orangtua, ada sebagian hal yang dianggap negatif di mata orang dewasa karena perilaku anak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial. Misalnya sulit konsentrasi, suka belajar sambil mendengarkan musik keras, harus sering diingatkan, dan tidak peduli pada diri (super cu-ek). Namun, perilaku negatif yang mereka lakukan adakalanya merupakan bagian dari kekurangan yang mereka miliki.
Memahami Kelebihan dan Kekurangan Anak
Segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh setiap anak merupakan sebuah tantangan yang sangat berharga bagi orangtua. Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh anak merupakan sarana sekaligus tugas dan tanggungjawab orangtua. Untuk menciptakan generasi agar menjadi lebih baik. Bukan sebaliknya, orangtua malah bersikap melecehkan, menghina, dan mengkritik kekurangan yang dimiliki anak dan pelit dalam memuji, mengapresiasi dan memotivasi kelebihan yang dimiliki oleh anak.
Mengapresiasi Prestasi dan Mendukung
Menginformasikan sebuah prestasi atau pencapaian yang diraih oleh orang lain kepada anak adalah perlu, Agar anak merasa termotivasi dan selalu berusaha untuk memperbaiki kepribadian dan kemampuannya. Sehingga ia mampu mencapai apa yang menjadi impian, cita-cita dan harapannya.
Namun, upaya dan tindakan orangtua di atas harus dilakukan dengan tepat dan baik. Maksudnya, sebagai orangtua bukan hanya menuntut agar anaknya menjadi seperti anak lain atau saudara lainnya yang berprestasi. Tetapi juga perlu didukung dengan memberikan dukungan secara fisik dan psikis dari orangtuanya.
Memperhatikan Anak Lain sebagai Contoh
Muhammad Rasyid Dimas (2006) berpendapat bahwa merangsang anak agar memperhatikan anak lain adalah perlu, namun harus dilakukan dengan dua tujuan yaitu :
- Untuk mengingatkan anak bahwa ada orang yang lebih baik akhlak dan perilakunya untuk menarik perhatiannya tentang sifat-sifat istimewa yang harus dimilikinya. Itu dimaksudkan agar sedapat mungkin ia terdorong untuk meniru.
- Untuk menanamkan rasa percaya diri dan menyadari nilai dirinya saat membandingkan dirinya dengan orang yang lebih rendah prestasinya. Ia juga diharapkan mengetahui apa yang menjadi kelebihannya dan capaian-capaian yang bisa diwujudkannya.
Sikap orangtua yang tidak menuntut anak-anak secara berlebihan dan tidak Membanding-Bandingkan Antara Anak Yang Satu Dengan Yang Lainnya tanpa tujuan. Obang tua harus mampu menciptakan kerukunan hidup di antara kakak-beradik untuk saling membantu, empati dan menghargai.